https://tumbleweedgymnastics.com/ Luhut Mau Bali Jadi Markas Family Office, Tapi Kemenkeu Kok Nggak Setuju? Siapa sih yang nggak tahu Bali? Pulau Dewata ini udah lama jadi destinasi favorit buat wisatawan dari seluruh dunia. Tapi, kali ini bukan cuma soal sunset di Seminyak atau beach club di Uluwatu, melainkan soal rencana big boss ekonomi, Luhut Binsar Pandjaitan, yang mau menjadikan Bali sebagai pusat family office. Sounds cool, kan? Tapi ternyata, ide ini nggak langsung dapet lampu hijau dari Kementerian Keuangan (Kemenkeu). Kok bisa?
Apa Itu Family Office dan Kenapa Bali?
Sebelum bahas lebih jauh, yuk kita pahami dulu apa itu family office. Jadi, ini adalah perusahaan khusus yang mengelola kekayaan individu atau keluarga super kaya. Bisa dibilang ini kayak financial manager pribadi buat para sultan dan crazy rich yang punya duit segunung.
Luhut pengin Bali jadi pusat family office seperti Singapura, yang saat ini udah punya lebih dari 1.500 family office dengan total dana kelolaan mencapai US$1,6 triliun. Gila nggak tuh? Kalau Indonesia bisa ikutan main di level ini, kebayang dong potensi masuknya duit ke Tanah Air?
Menurut Luhut, meskipun family office di Indonesia nantinya bakal dikasih insentif pajak (baca: bebas pajak atau pajaknya super rendah), dampaknya ke ekonomi bisa jauh lebih gede karena bakal ada aliran modal asing yang masuk. “Ini soal trust, kalau mereka percaya sama kita, duit bakal ngalir ke Indonesia,” kata Luhut dalam Indonesia Economic Summit di Jakarta, Selasa (18/2/2025).
baca juga
- Kasus Koreksi Fiskal
- Bali Family Office, ini Kata Kemenkeu
- Aturan Pajak atas Langganan Berbasis Digital
- Pajak atas Aset Metaverse
- Kewajiban Pajak untuk Perusahaan SaaS
Kemenkeu Nggak Langsung Setuju, Kenapa?
Meskipun ide ini terdengar keren, ternyata Kemenkeu nggak langsung setuju. Beberapa pejabat di kementerian ini masih skeptis, terutama soal potensi kehilangan penerimaan pajak. Nah, ini beberapa alasan kenapa mereka agak mikir-mikir:
- Minimnya kontribusi pajak ke negara 🚨
Kalau family office dikasih free pass alias insentif pajak yang kebablasan, gimana dong pemasukan negara? Jangan sampai negara kasih fasilitas tapi nggak dapet untung sama sekali. - Bisa jadi celah buat penghindaran pajak 💰
Tanpa regulasi yang jelas, family office bisa aja jadi tempat parkir duit buat orang kaya supaya nggak kena pajak. Bukannya memperkuat ekonomi, malah bikin negara kehilangan potensi pajak. - Regulasi masih abu-abu 📜
Di Singapura atau Hong Kong, mereka punya aturan ketat soal family office, misalnya dana yang masuk harus diinvestasikan ke dalam negeri. Kalau Indonesia nggak punya aturan seketat itu, bisa jadi malah rugi bandar.
Dukungan dari Prabowo, Tapi Harus Ada Kajian Serius
Meskipun ada banyak pertimbangan, Luhut bilang kalau Presiden Prabowo Subianto on board dengan ide ini. Tapi, Prabowo nggak mau gegabah. Makanya, dia minta tim ekonomi buat ngulik lebih dalam, biar nggak cuma jadi tempat numpang lewat duit doang tanpa efek positif ke ekonomi Indonesia.
Presiden minta kajian lebih lanjut soal dampak ekonomi dan fiskal, termasuk gimana cara memastikan bahwa kalau family office masuk ke Indonesia, kita nggak cuma jadi tempat parkir duit, tapi juga bisa dapat manfaat ekonomi nyata.
Apa Dampak Positif Kalau Family Office Jadi di Bali?
Nah, kalau beneran diterapin dengan regulasi yang pas, konsep ini bisa kasih dampak besar buat ekonomi Indonesia:
- Devisa Meningkat 💵
Kalau duit-duit sultan ini masuk ke Indonesia, otomatis cadangan devisa negara bisa naik. Ini bisa bikin rupiah lebih stabil dan ekonomi makin kuat. - Indonesia Jadi Destinasi Investasi Kelas Dunia 🌍
Sekarang, para miliarder lebih milih parkir duit di Singapura atau Dubai. Kalau Indonesia punya regulasi yang menarik, bisa aja mereka pindah ke sini, kan? - Meningkatkan Industri Keuangan dan Investasi 📈
Dengan banyaknya modal yang masuk, sektor keuangan Indonesia bisa makin berkembang, mulai dari investasi, perbankan, sampai wealth management. Bisa jadi peluang buat banyak orang!
Risiko yang Harus Diwaspadai
Tapi ya, kita nggak bisa tutup mata juga sama potensi risikonya:
- Kalau insentif pajaknya terlalu gede, negara malah buntung.
- Harus ada aturan main yang jelas biar nggak jadi tempat sembunyiin duit buat tax avoidance.
- Jangan sampai cuma konglomerat asing yang diuntungkan, sementara ekonomi domestik nggak kebagian efek positifnya.
Kesimpulan: Bakal Jalan atau Nggak?
Sekarang, bola ada di tangan pemerintah. Luhut udah kasih ide, Prabowo dukung, tapi Kemenkeu masih skeptis. Keputusan akhirnya bakal ditentukan dari kajian yang lebih dalam soal manfaat dan risikonya.
Yang jelas, kalau mau bikin Indonesia jadi pusat family office, harus ada aturan yang jelas dan strategi yang cerdas. Jangan sampai kita cuma jadi tempat mampir duit sementara tanpa dampak nyata buat rakyat Indonesia.
So, menurut kalian, apakah Indonesia siap buat jadi pusat family office dunia? Atau ini cuma bakal jadi ide yang susah direalisasikan? 🚀